Festival payung di Borobudur

Kamis, 01 November 2018

Semarak Festival Payung Indonesia 2018 di Candi Borobudur



                                  Festival Payung Indonesia ke-5 di Taman Lumbini Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 7-9 September 2018.

Ribuan payung aneka warna, gambar dan ukuran menghiasai Taman Lumbini komplek Taman Wisata Candi Borobudur, 7-9 September 2018. Sebagian besar merupakan payung tradisional yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara seperti India, Pakistan, Thailand, dan Jepang. Inilah Festival Payung Indonesia (FPI) ke-5 yang pertama kali digelar di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tahun-tahun sebelumnya FPI dihelat di Kota Solo.

                    Festival Payung Indonesia ke-5 di Tamana Lumbini Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 7-9 September 2018.

  Heru Prasetya, Direktur Payung Indonesia, menjelaskan FPI merupakan perhelatan untuk kembali menggairahkan seni payung di Indonesia. Payung tidak hanya sebagai alat pelindung tapi memiliki filosofi kehidupan yang mendalam. "Tahun ini diadakan di Candi Borobudur karena rasa-rasanya kembali ke asalnya. Ibu segala payung itu Candi Borobudur. Salah satu yang kita eksplorasi adalah relief lalita vistara yang menggambarkan tentang payung pada abad ke-8," ujarnya, Sabtu (8/9/2018).
  Festival ini kata Heru juga sebagai upaya melestarikan desa-desa payung yang nyaris punah, seperti di Klaten, Banyumas, Malang dan lainnya. Dari festival ini pihaknya ingin masyarakat merayakan kembali kejayaan seni payung nan indah itu.  

                              Festival Payung Indonesia ke-5 di Taman Lumbini Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 7-9 September 2018.
Di sini kami juga undang komunitas-komunitas kreatif yang bisa mengembangkan karya payung lebih kekinian. Jadi payung itu bisa menemukan hal yang baru, pasar baru, desa-desa lesu kini mulai bergairah lagi," jelasnya. Baca juga: Tak Hanya di Candi Borobudur, Ini 6 Festival Lampion di Asia Heru melihat perkembangan seni payung sudah semakin bergeliat. Jika dulu payung dipakai hanya ketika upacara kelahiran, kematian dan upacara adat masyarakat tertentu. Tapi kini berkembang menjadi properti desain interior, wisata dan kebutuhan kekinian lainnya. Dalam FPI ke-5 ini, selain pameran payung, juga dimeriahkan dengan rangkaian kegiatan menarik sampai Minggu (9/9/2018).

                  Festival Payung Indonesia ke-5 di Taman Lumbini Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 7-9 September 2018.
Setidaknya ada 80 kegiatan antara lain fashion show, workshop, seni musik dan tari tradisional dari berbagai daerah di Indonesia dan negara pendukung, aneka kuliner tradisional, dan sebagainya. "Seluruhnya memakai payung sebagai media utamanya, ini sebuah perayaan payung untuk sejuta ekspresi," kata Heru. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Urip Sihabudin mendukung penuh kegiata FPI ini, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah.

Pemerintah bersama komunitas seni di provinsi ini selalu mendorong masyarakat untuk terus berkarya melalui event-event seperti ini. "FPI ini adalah salah satu event terbesar di Jateng, dalam waktu dekat ada Festival Karimunjawa dan Sangiran. Belum lama ini ada Festival Dieng. Semakin banyak event maka sektor pariwisata meningkat di Jateng," ujar Urip.

sumber : https://travel.kompas.com/read/2018/09/09/091000227/semarak-festival-payung-indonesia-2018-di-candi-borobudur

Mengenal budaya daerah BALI

Kamis, 30 Agustus 2018

Sumber : https://www.senibudayaku.com/2017/05/kebudayaan-daerah-bali.html#

Bali mendiami Pulau Bali yang sekarang menjadi sebuah Provinsi dengan delapan kabupaten dan satu kota. Salah satu kelompok masyarakat yang bermukim di daerah pegunungan merupakan salah satu suku bangsa Bali yang suka disebut sebagai orang Aga. Bali Aga merupakan salah satu suku bangsa Bali yang menganggap diri mereka sebagai penduduk asli Bali. Bali Aga sendiri berartiBali Pegunungan.

Salah satu kelompok yang menjadi bagian dari suku bangsa Bali adalah orang Trunyan. Orang Trunyan memiliki kebudayaan unik tersendiri, yaitu mempunyai ciri-ciri kebudayaan pra-Hindu. Kebudayaan tersebut berkaitan dengan peristiwa kematian, Jenazah orang Trunyan tidak dibakar atau dikebumikan seperti lazimnya orang Bali, tetapi dibiarkan membusuk di udara terbuka.

Masyarakat Bali hidup dalam lingkungan permukiman yang disebut denganPawongan atau desa yang terdiri dari dua jenis, yaitu desa adat dengan pemimpinnya disebut kelian adat atau bandesa asat yang dipilih oleh kerama desa. Dan desa dinas dengan pemimpinnya disebut perbekel ataubandesa.

Prinsip hubungan kekerabatan orang Bali berdasarkan azas patrilineal yang amat dipengaruhi oleh bentuk keluarga luas patrilineal yang disebut dadia. Masyarakat Bali dibedakan atas golongan berdasarkan sistem dan pelapisan sosial yang disebut wangsa (kasta). Mereka terikat dalam perkawinan yang bersifat endogami dadiaatau endogami wangsa.

mengenal-kebudayaan-daerah-bali
A. Bahasa Daerah Bali
Bahasa Bali termasuk dalam keluarga bahasa daerah di Indonesia. Peninggalan prasasti zaman kuno menunjukkan adanya bahasa Bali kuno yang berbeda dengan bahas Bali sekarang. Bahasa Bali kuno tersebut banyak mengandung bahasa Sanskerta, juga terpengaruh oleh bahasa Jawa kuno dari zaman Majapahit.

B. Arsitektur Tradisional Daerah Bali
Arsitektur Bali memiliki ciri-ciri struktur bangunan bali yang lazim disebut triangga. Konsep arsitek ini terdiri atas hulu, badan, dan kaki. Dalam perannya sebagai wadah, arsitektur dipandang sebagai miniatur jagad raya yang menjadi wadah semua kegiatan manusia. Bentuk dan fungsi bangunan perlambang kekuatan yang menjiwai dari arah delapan penjuru angina dalam tata waktu yang disebutastawara “Sri-Indra-Guru-Yama-Rudra-Brahma-Kala-Uma”.

Dalam menentukan arah untuk membangun sebuah rumah, masyarakat bali lebih mengutamakan menghadap ke arah gunung yang dianggap sebagai arah ke alam maya (kaja) dan kelod yang menghadap ke laut yang dianggap ke arah alam neraka, arah barat adalah arah kematian atau kejahatan yang disebutkauh, dan arah timur merupakan arah kelahiran dan kebaikan yang disebutkangin.

rumah adat tradisional bali
C. Pakaian Tradisional Daerah Bali
Pakaian adat Bali memiliki beragam jenis, dari pakaian sehari-hari sampai pakaian upacara. Dalam pergaulan sehari-hari anak laki-laki Bali diwajibkan memakai penutup kepala yang disebut Destar atau Udeng, sedangkan anak perempuan mengenakantengkuluk atau kancrik yaitu sehelai selendang yang berfungsi menutup tubuh yang terkadang digunakan untuk mengangkat beban sekaligus sebagai penutup wajah.

Seorang pendeta berkewajiban memakai pakaian yang disebut Wastra atau Kapuhyang berwarna putih atau kuning, serta berikat pinggang warna putih yang disebutKawaca. Sementara itu, pakaian pendeta wanita menggunakan kain Plekat warna cokelat dan berselendang putih atau kuning. Sebagian orang Bali menghias diri dengan bunga yang disisipkan pada rambut bagi kaum perempuan dan disisipkan pada daun telinga bagi laki-laki yang disebut Sumpang.

Dalam upacara perkawinan, masyarakat bali mengenal adanya tiga jenis busana dan tata rias pengantin, yaitu nista, madya, dan utama atau payes agung.

pakaian adat bali
D. Kesenian Tradisional Daerah Bali
Seni budaya Bali merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan masyarakat Bali. Upacara keagamaan menggunakan berbagai unsur seni seperti seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni sastra sebagai seni sakral.

Tarian Tradisional
Pada upacara keagamaan di pura dan tempat yang ada hubungannya dengan agama, tarian yang terkenal adalah tari Rejang. Tari rejang ini oleh masyarakat Bali dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan status sosial penarinya. Di desa Tenganan , dalam upacara “Aci Kasa” ditarikan tari Rejang Palak, Rejang Mombongin, Rejang Dewa dan Rejang Makitut yang diiringi gamelan selonding. Selain tarian tersebut, masih banyak tarian yang cukup terkenal di Bali seperti pada tabel berikut ini.
Tarian Tradisional Bali
NoNama TarianKeterangan
1
Tari Topeng
Pertunjukan sakral yang didasarkan pada legenda silsilah kehidupan, dengan wayang kulit sebagai salah satu media tradisional kebudayaan.
2
Tari Janger
Merupakan Jenis tarian rakyat yang dipertunjukkan pada acara tertentu seperti usai panen, sekitar hari raya, dan acara lainnya.
3
Tari Legong
Merupakan jenis tarian tradisional klasik yang dipertunjukkan sebagai tarian ritual para dewa-dewa suci.
4
Barong
Barong adalah pelindung gaib dari desa-desa di Bali sebagai lawan dari Rangda sang penyihir, penguasa roh kegelapan.
5
Tari Pendet
Tari pendet adalah tarian para putri yang memiliki pola gerakan yang lebih dinamis dari tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan.
6
Tari Baris
Merupakan tarian perang tradisional yang memuja keperkasaan kesatria Bali yang menang perang. Para penarinya mengenakan topeng raksasa atau topeng menyeramkan dengan mengambil cerita dari legenda Ramayana dan Mahabharata.
7
Tari Kecak
Tarian ini dipertunjukkan oleh sekelompok laki-laki yang duduk berbaris melingkar menggunakan irama tertentu menyerukan "Cak" sambil mengangkat kedua lengan tangan. Tarian ini menggambarkan barisan kera membantu Rama melawan Rahwana dalam kisah Ramayana.
8
Tari Oleg Tambulilingan
Merupakan jenis tarian modern yang dikembangkan oleh almarhum Mario pada tahun 1952. Awalnya tarian ini dimainkan oleh seorang gadis yang disebut oleg, namun saat ini disertakan pula seorang laki-laki untuk membuat duet.
9
Tari Kebyar Duduk
Kebyar adalah jenis tarian tunggal dengan sifat lebih individualistik yang lebih menekankan pada intepretasi penari dalam menguasai nuansa musik dengan gerakan  serta ekspresi wajah.

Musik Tradisional 
Di Provinsi Bali terdapat alat musik tradisional yaitu rindik, kendang, cengceng, suling, dan gender. Rindik merupakan salah satu alat musik yang terbuat dari bambu dengan nada selendro. Alat musik ini digunakan pada upacara perkawinan dan acara pertunjukan yang dikenal dengan nama "Joget Bumbung". Tarian Joget Bumbung biasanya diiringi eleh sepuluh atau duapuluh orang penabuh gamelan. Selain itu, ada juga kendang. Kendang merupakan alat musik penting dalam gamelan Bali. Di Bali ada dua jenis kendang, yaitu kendang wadon dan kendang lanang. Gender adalah alat musik yang paling tradisional di Bali yang biasanya dimainkan paling banyak empat orang dalam mengiringi wayang kulit. Selain itu ada pula alat musik dari bambu yang disebut suling dan cengceng yang merupakan pelengkap gemelan Bali.

Lagu Daerah 
Lagu-lagu daerah Bali antara lain, yaitu Mejangeran, Macep-cepetan, Ngusak Asik, Putri Ayu, Meyong-Meyong, dan Ratu Anom.

Seni Kerajinan Rakyat
Provinsi Bali adalah provinsi yang kaya akan budaya. Salah satunya adalah beragam kerajinan yang dihasilkan oleh setiap kabupaten di provinsi Bali. Berbagai macam jenis kerajinan yang dihasilkan setiap daerah di kabupaten dan kota di Bali dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Daerah Penghasil Kerajinan di Bali
NoNama DaerahNama Produk Kerajinan
1
Kota Denpasar
Kerajinan patung kayu, kerajinan perak, kerajinan garmen, kerajinan batok kelapa, kerajinan kipas cendana (kelurahan Sesetan), kerajinan anyaman.
2
Kab. Buleleng
Kerajinan bambu, perak, ukir kayu dan patung, pelepah pisang, lukis wayang kaca dan kulit sangkar burung, gabah, genteng, tenun, batik, dan kerajinan pandai besi.
3
Kab. Bangli
Kerajinan bambu, kerajinan kayu (desa Tembuku, Yangkapi, Abangsongan, Suter, Banua, dll), Kerajinan keris emas, perak, dan kuningan (desa Undisan, Peninjoan, Apuan, Tenggahan, dll), Kerajinan bambu (desa Taman Bali, dan desa Bunutin).
4
Kab. 
Klungkung
Kerajinan gong (desa Tihingan), kerajinan kayu (desa Nyalian, desa Akah), lukisan tradisional (desa Kamasan), kerajinan kuningan (desa Rawasan, dan desa Budaga).
5
Kab. Jembrana 
Kerajinan tenun cagcag (kelurahan Sangkar Agung, Dauh Waru, Batu Agung, Dangin Tukad raya), kerajinan anyaman bambu (desa Tukad Daya, desa Yeh Sumbul, Desa Medewi).
6
Kab. Gianyar
Kerajinan kayu, produk tekstil, kerajinan perak, lukisan aneka corak, kerajinan bambu, anyaman lontar, kerajinan besi.
7
Kab. Tabanan
Kerajinan keramik (desa Pejaten, kec. Kediri), kerajinan besi logam, kerajinan tenun kayu, kerajinan batok kelapa (desa Pujungan, desa Rejasa, desa Gubug, desa Pangkungkarung, dll), kerajinan anyaman bambu, pandan, dan lontar (desa Bugbug, desa Gubug), kerajinan rajut (desa Pujungan, desa Batungsel, desa Sanda, dll).
8
Kab. Karangasem
Kerajinan anyaman bambu, anyaman lontar, tenun tradisional (desa Tenganan Pegrisingan), patung kayu, anyaman pandan (desa Tumbu, kec. Karangasem).

E. Upacara Tradisional Daerah Bali
Hampir seluruh bagian kehidupan masyarakat Bali diwarnai dengan berbagai upacara adat, sehingga dapat dikatakan kehidupan spiritual masyarakat Bali tidak terpisahkan dengan berbagai upacara ritual adat. Berbagai macam upacara adat yang diselenggarakan masyarakat Bali dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Aneka Upacara Adat di Bali
NoNama Upacara AdatKeterangan
1
Upacara Kelahiran
Terdapat tiga golongan untuk penyambutan kelahiran bayi pada masyarakat Bali, yaitu golongan rakyat biasa, golongan bangsawan, dan golongan Bali Aga. Pada golongan rakyat biasa, upacara kelahiran dimulai dengan upacara Mara Lekat. Untuk golongan bangsawan menggunakan istilah lain, yaitu Mapak Rawe, Wawu Wijil, Kepus Udel, dan Nglepas Awon. Sementara golongan Bali Aga istilahnya, adalah Tapakan, Kepus Sawen, Nelu Bulanin, dan Ngetus Jambat.
2
Upacara Turun Tanah
Upacara ini dilaksanakan saat pertama kali si anak mengalami kontak dengan agama dan tradisi, yang akan membimbing seumur hidupnya. Pada saat itu anak diberi nama dan diberkahi, serta boleh menginjakkan tanah  sebagai simbol dari Dewa-dewa, yaitu Brahma, Wisnu dan Syiwa.
3
Upacara Potong Gigi
Upacara ini dilakukan bagi setiap wanita yang menginjak dewasa. Upacara ini sebagai tradisi lama yang menggambarkan agar seorang perempuan tidak mirip dengan leak. Saat ini upacara tersebut hanya sebagai simbolik tanpa dipotong gigi secara langsung.
4
Upacara Pernikahan
 Ada dua macam pernikahan yang ada di Bali, yaitu "kawin lari" dan "kawin ngidih". Kawin lari (cara kuno di Bali bagian timur) adalah perempuan menikah dengan meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan orang tuanya. Cara semacam ini sudah jarang dilakukan. Cara pernikahan yang umum dilaksanakan adalah kawin ngidih, yaitu pihak laki-laki meminta kepada orang tua pihak perempuan.
5
Upacara Penyucian
 Pernah ada suatu upacara yang paling dramatis yang terjadi pada tahun 1963, ketika gunung Agung meletus pada saat upacara penyucian (Eka Dasa Rudra) yang dilakukan hanya sekali dalam 100 tahun.
6
Upacara Kematian
 Bagi orang Bali Hindu orang yang meninggal akan dibakar melalui suatu upacara yang bernama Ngaben. Bagi sebagian orang Bali, yaitu orang Trunyan jenazah tidak dibakar atau di kebumikan, tetapi dibiarkan membusuk di udara bebas dengan melalui sebuah upacara yang disebut Ngutang Mayit.

F. Senjata Tradisional Daerah Bali
Keris merupakan senjata tradisional masyarakat Bali. Selain untuk membela diri keris dapat mewakili seseorang dalam undangan perkawinan. Menurut kepercayaan sebagian penduduk Bali, keris dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa bila meminum air putih yang direndam keris.

G. Masakan Tradisional Daerah Bali
Makanan khas Bali adalah Gecok. Masakan ini terbuat dari daun pakis, daging serta santan. Menggunakan bumbu bawang merah, bawang putih, merica, gula, kemiri, kunyit, terasi, daun jeruk, dan sedikit garam. Masakan yang lain yang dapat ditemukan di Bali, antara lain Babi guling, Lawar, Sate penyu, Ayam betutu, Bebek betutu, Sate pentul, Kacang rahayu

Tari PENDET Tarian Tradisional dari Bali



TARI PENDET



Kesenian satu ini merupakan tarian selamat datang atau tarian penyambutan yang khas dari pulau Bali. Namanya adalah Tari Pendet.

Apakah Tari Pendet itu?

Tari Pendet adalah salah satu tarian selamat datang atau tarian penyambutan yang khas dari Bali. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional dari Bali yang sangat terkenal dan sering ditampilkan berbagai acara seperti penyambutan tamu besar dan acara budaya lainnya. Tari Pendet ini biasanya dimainkan oleh para penari wanita dengan membawa mangkuk yang berisi berbagai macam bunga yang menjadi ciri khasnya.

Asal Mula Tari Pendet

Tari Pendet awalnya merupakan suatu tarian tradisional yang menjadi bagian dari upacara piodalan di Pura atau tempat suci keluarga. Sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan dari masyarakat Bali dalam menyambut kehadiran para dewata yang turun dari khayangan. Tarian ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan spiritual masyarakat di sana.

Berawal dari situ, salah satu seniman Bali bernama I Wayan Rindi  terinspirasi dan mengubah tarian tersebut menjadi tarian selamat datang. Dengan dibantu Ni Ketut Reneng, keduanya menciptakan Tari Pendet sebagai tarian penyambutan dengan empat orang penari. Kemudian tarian ini dikembangkan dan disempurnakan lagi oleh I Wayang Baratha dengan menambahkan jumlah penari menjadi lima orang, seperti yang sering ditampilkan sekarang. Walaupun sudah menjadi tarian penyambutan atau tarian selamat datang, Tari Pendet ini masih terdapat unsur-unsur religius yang menjadi ciri khas masyarakat Bali.

Fungsi Tari Pendet

Tari Pendet ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan fungsinya, yaitu Tari Pendet Sakral danTari Pendet Penyembutan. Untuk Tari Pendet sakral ditampilkan sebagai bagian dari ritual keagamaan masyarakat Bali. Dalam pertunjukan tarian ini segala sesuatunya lebih sederhana, namun unsur religius sangat kental pada tarian ini. Sedangkan Tari Pendet penyambutan ditampilkan sebagai hiburan atau tarian penyambutan. Dalam pertunjukan tari penyambutan ini lebih memfokuskan keindahan baik dari segi gerak, busana, dan kecantikan para penari. Namun walaupun begitu, unsur budaya masyarakat Bali masih melekat pada tari penyambutan ini.

Pertunjukan Tari Pendet

Dalam pertunjukannya, Tari Pendet dimainkan oleh para penari wanita yang masing-masing membawa mangkok/bokor berisi bermacam-macam bunga sebagai properti menarinya. Pada akhir pertunjukan, penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton dan para tamu sebagai ucapan selamat datang. Penari tersebut menari dengan gerakan yang dinamis sesuai dengan irama musik pengiringnya. Musik pengiring dalam pertunjukan Tari Pendet ini merupakan musik Gamelan khas Bali seperti gangsa, kenyur, tungguh, kendangdan lain-lain.

Gerakan Tari Pendet

Gerakan Tari Pendet ini merupakan gerakan tari yang sangat komplit, karena gerakan tari tersebut hampir menggerakan semua bagian tubuh. Mulai dari gerakan kaki, tangan, jari, badan, leher dan gerakan ekpresif seperti gerakan mata dan mimik muka. Untuk menarikan Tari Pendet ini tentunya membutuhkan keluwesan dan kelincahan.

Kostum Tari Pendet

Dalam pertunjukannya penari menggunakan busana dan tata rias khas penari Bali. busana tersebut meliputi tapih, kemben prade, sabuk stagen, sabuk prade, selendang yang dililitkan di badan dan diletakan dipundak penari. Pada bagian kepala, rambut di ikat dengan pusung gonjer kemudian di hias dengan bunga jepun, bunga kamboja, bunga mawar dan jempaka. Selain itu penari juga dipercantik dengan berbagai aksesoris seperti gelang, kalung dan anting. Sedangkan untuk tata rias penari biasanya lebih mempertajam garis-garis muka supaya terlihat lebih jelas dan tidak lupa memakai subeng.

Perkembangan Tari Pendet

Walaupun Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak ditinggali wisatawan mancanegara, namun masyarakat Bali sangat terkenal akan tradisi dan budayanya yang masih dipertahankan hingga saat ini. Terbukti dengan banyaknya kesenian tradisional maupun tradisi adat yang terus dilestarikan dan dijaga, bahkan hal tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata di sana. Salah satunya adalah Tari Pendet ini. Tarian ini masih terus dilestarikan oleh para seniman dari sanggar-sanggar tari yang ada di Bali dan masih terus ditampilkan di berbagai acara budaya seperti penyambutan, festival budaya, dan promosi pariwisata.



SUMBER : http://www.negerikuindonesia.com/2015/09/tari-pendet-tarian-tradisional-dari-bali.html

Mengenal Rumah Adat Jawa





Rumah Adat Jawa (Rumah Kampung, Limasan, dan Joglo)




Rumah Adat Jawa Joglo
Rumah adat Jawa yang disebut Omah Joglo. Foto diambil dari sebuah kompleks rumah makan khas Jawa di bilangan Jakarta Selatan.
 Tidak dapat diketahui dengan pasti bagaimana tepatnya wujud rumah asli masyarakat Jawa pada mulanya. Salah satu keterangan yang bisa dijadikan acuan terdapat pada relief candi dari abad ke-9. Di situ tergambar bentuk rumah adat Jawa waktu itu yang berciri sama dengan pola dasar arsitektur Austronesia dengan fondasi bertumpuk, atap memuncak, dan bubungan memanjang.
Dari gambaran relief tersebut, ada dugaan kuat bahwa rumah Jawa tempo dulu memiliki ciri yang sama dengan rumah-rumah tradisional Nusantara lainnya, khususnya yang mewarisi budaya Austronesia.
Saat ini, rumah adat Jawa dibangun di atas tanah dengan lantai ditinggikan serta bentuk atap yang lebih menyerupai rumah di Indonesia Timur. Secara umum, pola dasar rumah-rumah adat Jawa sama, tapi perbedaan jenis atap rumah menunjukkan kedudukan sosial dan ekonomi sang pemilik.

Jenjang Atap Rumah Kampung, Limasan, dan Joglo

Arsitektur rumah tradisional orang Jawa membedakan tiga jenis atap utama, yaitu bentuk kampung (dimiliki oleh orang dari golongan orang biasa), limasan (dimiliki oleh masyarakat golongan menengah)dan joglo (dimiliki oleh kaum bangsawan/ningrat).

Rumah Kampung

Rumah kampung menjadi tempat tinggal kalangan biasa, memiliki struktur atap yang paling sederhana di antara ketiganya. Atap puncak rumah kampung bersandar pada empat tiang tengah dan ditunjang oleh dua lapis tiang pengikat. Bubungan atap didukung penyangga dengan sumbu utara-selatan yang khas.
Struktur tersebut dapat diperbesar dengan melebarkan atap dengan sedikit kecondongan dari bagian atap yang ada.

Rumah Limasan

Limasan merupakan rumah keluarga Jawa yang berkedudukan lebih tinggi. Jenis rumah ini memiliki struktur atap yang lebih rumit daripada rumah kampung. Denah dasar empat tiang rumah diperluas dengan menambah sepasang tiang di salah satu ujung atap.
Kaso yang menyusur dari ujung tiang bubungan hingga tiang luar mengubah atap pelana datar menjadi atap pinggul dengan bagian trapezoidal membujur dengan lima bubungan atap.

Rumah Joglo

Yang paling rumit dari ketiganya adalah atap rumah joglo. Jenis atap ini secara tradisional merupakan tempat kediaman keluarga bangsawan. Saat ini pemiliknya tidak lagi terbatas pada keluarga bangsawan, tapi siapa saja yang memiliki cukup dana untuk membangunnya. Sebab, untuk membangun rumah joglo dibutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan lebih mahal.
Selain itu, jika rumah joglo terjadi kerusakan, proses perbaikan tidak boleh mengubah bentuk semula. Orang Jawa percaya, melanggar aturan ini akan menimbulkan pengaruh yang kurang baik pada penghuni rumah.
Atap joglo memiliki beberapa ciri khas yang membedakan dari 2 jenis atap sebelumnya. Atap utama lebih curam, sementara bubungan atap tidak sepanjang rumah limasan. Empat tiang utama mendukung atap yang di atasnya terdapat susunan khas berupa tiang-tiang berlapis yang diartikan sebagai tumpang sari.
Selain tiga bentuk utama rumah adat Jawa di atas, masih ada bentuk bangunan lain, seperti bentuk masjid dan tajug serta rumah bentuk panggang-pe. Yang disebut terakhir ini tidak berfungsi sebagai rumah, tetapi sesuai namanya (panggang berarti dipanaskan di atas api; pe berarti dijemur di bawah terik matahari) berfungsi sebagai tempat untuk menjemur barang-barang, seperti daun teh, pati, ketela pohon, dan lain-lain.
Rumah panggang-pe bisa juga berfungsi sebagai warung, gubug di tengah sawah untuk mengusir burung, ataupun sebagai tempat berjualan di tengah pasar tradisional.

Bangunan Rumah Adat Jawa

Rumah tradisional orang Jawa yang ideal terdiri atas tiga bangunan utama, yaitu omah, pendapa, dan peringgitan. Rumah biasanya dilindungi oleh dinding batu bata atau pagar rendah. Peringgitan yang ditembus dengan sebuah pintu gerbang, baik secara fisik maupun perlambang, menghubungkan ruang dalam pribadi keluarga dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
Pendapa adalah sebuah bangunan terbuka yang terletak di bagian depan gugus rumah. Bagian ini merupakan daerah umum dari rumah tangga, tempat untuk berbagai pertemuan sosial dan pagelaran upacara.
Sementara peringgitan bisa memiliki bentuk atap kampung atau limasan. Bagian ini menghubungkan pendapa dengan omah. Peringgitan merupakan tempat wayang kulit dipergelarkan pada peristiwa-peristiwa upacara dan pesta.
Satuan rumah adat Jawa yang paling dasar dikenal sebagai omah. Denahnya persegi panjang dengan lantai ditinggikan. Daerah di bawah atap dibagi oleh bilah-bilah dinding menjadi daerah dalam dan luar.
Daerah luar terdiri atas emperan luar yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan umum. Di sini biasanya juga disediakan amben bambu yang digunakan untuk berbaring atau tidur pada siang hari. Sebuah pintu di dinding depan menghubungkan emperan ini dengan daerah dalem.
Dalem adalah bangunan tertutup dan dibagi lagi sepanjang poros utara-selatan menjadi daerah-daerah yang berbeda. Pada model rumah kampung dan limasan, pembagian ini merupakan sebuah perbedaan sederhana antara bagian depan dan belakang. Namun pada rumah joglo, terdapat pembagian tiga yang lebih rumit, antara depan, tengah, dan belakang.
Bagian timur depan dalem adalah tempat berlangsungnya tugas-tugas keluarga dan tempat semua anggota keluarga tidur pada sebuah ranjang bambu, sebelum pubertas anak-anak.
Bagian tengah dalem rumah joglo ditegaskan oleh empat tiang pokok. Saat ini, daerah itu tidak memiliki kegunaan khusus, namun secara tradisional, daerah ini merupakan tempat pedupaan dibakar sekali seminggu untuk menghormati Dewi Sri (dewi padi), juga merupakan tempat pengantin pria dan wanita duduk pada upacara pernikahan.
Bagian belakang rumah terdiri atas tiga ruang tertutup yang disebut senthongSenthong barat merupakan tempat menyimpan beras dan hasil pertanian lain, sementara peralatan bertani disimpan di sisi timur. Senthong tengah secara tradisional merupakan ruangan yang dihias semewah mungkin dan dikenal sebagai tempat tinggal tetap Dewi Sri. Pasangan pengantin terkadang tidur di sini.
Dapur terletak di luar omah dan secara khas merupakan bangunan bebas yang terletak dekat sumur. Sumur sebagai penyedia air dikenal sebagai sumber kehidupan, dan selalu merupakan hal pertama diselesaikan ketika membangun sebuah gugusan rumah baru. Sebagaimana ukuran dan kekayaan keluarga tumbuh, bangunan-bangunan tambahan (gandhok) dapat ditambahkan.

SUMBER : https://1001indonesia.net/rumah-adat-jawa/

Festival Grebeg Sudiro






Grebeg Sudiro, Akulturasi Budaya Jawa dan Tionghoa di Solo


Grebeg Sudiro




Kemeriahan Grebeg Sudiro, sebuah perayaan menjelang Imlek hasil dari perpaduan antara budaya Tionghoa dan Jawa. (Foto: JIBI/Solopos)
 Grebeg Sudiro merupakan kirab hasil perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa. Gelaran tahunan ini diadakan di Solo, tujuh hari sebelum Tahun Baru Imlek. Keberadaannya bukan hanya menjadi simbol toleransi semata, tapi juga sebuah perayaan lintas etnis yang mengajak semua masyarakat untuk merawat kebinekaan.
Dalam perayaan yang berpusat di Pasar Gedhe dan Balong tersebut, diarak gunungan yang terdiri atas gunungan jaler dan gunungan estri yang umum ditemukan dalam upacara Jawa. Juga gunungan-gunungan lain serta jodang dari beragam kampung di Solo yang menggambarkan potensi masing-masing kampung.
Uniknya, selain dihias sayur dan buah-buahan, gunungan dan jodang tersebut diisi oleh kue-kue khas Tionghoa, seperti kue keranjang, kompyang, pia, bakpao, dan janggelud. Gunungan-gunungan tersebut akan menjadi bahan rebutan pengunjung saat kirab berakhir.
Ditampilkan juga ragam kesenian Jawa dan Tionghoa. Ada reog Ponorogo, liong dan barongsai, keroncong Mandarin, hadrah rebana, serta beragam kesenian lain. Ornamen lampion menyemarakkan lokasi perhelatan.
Perhelatan ini dapat menjadi ingatan sejarah keberadaan etnis Tionghoa yang sudah ada di Solo bahkan jauh sebelum Keraton Kasunanan berdiri. Mereka hadir sebagai pedagang. Sungai Bengawan Solo memungkinkan terjadinya pertemuan antar-etnis melalui perdagangan. Dari interaksi itu, lahirlah ekosistem Pasar Gedhe.
Perayaan ini bermula di Sudiroprajan, sebuah kelurahan di Kecamatan Jebres di Kota Solo. Di kawasan tersebut, warga Tionghoa peranakan sudah menetap lama. Mereka hidup berdampingan dengan masyarakat Jawa.
Seiring waktu, terjadi pembauran di antara etnis tersebut melalui perkawinan campuran sehingga terciptalah generasi baru. Untuk menunjukkan adanya pembauran yang sudah berlangsung selama puluhan tahun ini, mereka membuat tradisi Grebeg Sudiro.  Meniru kegiatan Grebeg Suro di Ponorogo, digelarlah Grebeg Sudiro pertama kali pada 2007.
Kirab ini sendiri, meskipun merupakan perhelatan yang terhitung baru, sejatinya merupakan pengembangan tradisi yang telah ada sebelumnya. Di masa lalu ada tradisi Buk teko, sebuah acara syukuran menjelang Imlek. Tradisi itu telah dilaksanakan semenjak masa pemerintahan Paku Buwono X.
Kini, Sudiroprajan menjadi kawasan pecinan yang terkenal di Solo. Sementara Grebeg Sudiro yang dilaksanakan secara bergotong royong, baik oleh etnis Tionghoa maupun Jawa, menjadi bukti suksesnya pembauran kedua etnis tersebut di kawasan itu.

SUMBER : https://1001indonesia.net/grebeg-sudiro-akulturasi-budaya-jawa-dan-tionghoa-di-solo/

Sejarah dan Makna Tari Piring


Sejarah Tari Piring dari Sumatera Barat 


TARI PIRING – Sebagai salah satu wilayah tujuan utama untuk berwisata di Indonesia, Sumatra Barat tidak cuma menyuguhkan keindahan alamnya saja, melainkan juga keindahan budaya semisal tari-tarian. Seiring berkembangnya zaman, perlahan-lahan seni budaya tari menjadi sesuatu yang kurang diminati.
Untuk melestarikannya kembali akan kebudayaan seni tari di Indonesia, kita harus mempelajari kembali macam-macam atau jenis tari. Salah satunya yang akan kita bahas di artikel ini adalah Tari Piring. Asal-usul tari piring ini berasal dari tanah Sumatra Barat.
Tari Piring merupakan salah satu kesenian Minangkabau yang masih banyak kita jumpai di Sumatra Barat. Pada zaman dahulu kehadiran piring-piring bagi masyarakat Minangkabau merupakan suatu hal yang unik. Rasa penasaran dan keingintahuan masyarakat Minangkabau terhadap sebuah benda yang baru dilihatnya menjadikan sebuah inspirasi untuk dijadikan alat-alat atau properti lain di luar alat untuk makan.
Tari Piring termasuk salah satu warisan budaya yang mana kita mesti menjaganya dan melestarikannya. Jadi, supaya seni tari piring ini tetap terlestarikan, kita harus tau semua hal mengenai Tari Piring itu sendiri. Mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu untuk melestarikan warisan budaya ini.
Tari Piring

tari piring
wacana.co


Selain rumah gadang dan makanannya yang memiliki cita rasa yang nikmat, Sumatra Barat juga terkenal akan Provinsi dengan tingkat kebudayaan pada masa  lampau yang begitu tinggi. Beberapa macam peninggalan budaya terdapat di Sumatra Barat, salah satunya yaitu Tari Piring.
Tari Piring ini merupakan tarian khas atau tarian yang berasal dari tanah Minangkabau yang sudah terkenal seantero dunia akan keindahan tarian dan keunikannya. Keunikan tarian ini yang beda dengan tarian-tarian yang lain merupakan unsur yang membuat para penonton tarian ini berdecak kagum.
Tari Piring atau di dalam bahasa Minangkabau disebut dengan sebutan Tari Piriang adalah salah satu seni tarian tradisional dari Minangkabau, yang tepatnya berasal dari kota Solok, Prov. Sumatra Barat. Tarian ini ditarikan dengan menyertakan piring sebagai alat atau media utama dalam menarikannya.
Kemudian piring-piring tersebut diayunkan dengan gerakan yang cepat dan teratur tanpa terlepas dari cengkaraman tangan. Tari Piring adalah sebuah simbol masyarakat Minangkabau. Di dalam paduan tari dalam gerakan dasar tari piring terdapat langkah-langkah silat Minangkabau atau Siek.

Sejarah dan Asal-usul Tari Piring


asal usul dan sejarah tari piring
kompasiana.com


Salah satu kesenian tari yang terdapat di Minangkabau adalah Tari Piring yang masih banyak kita jumpai keeksistensiannya di Sumatra Barat. Pada zaman dahulu, masyarakat Minangkabau menganggap akan keberadaan piring-ini suatu hal yang menarik.
Rasa penasaran masyarakat Minangkabau terhadap benda yang baru muncul menjadikan keingintahuannya itu sebagai sebuah sumber inspirasi untuk dijadikan alat lain di luar daripada alat untuk makan.
Keberadaan piring porselen yang didatangkan dari Cina ini dipilih sebagai properti yang terpenting dari tari piring karena disain piringnya yang indah dan memiliki nilai estetis. Gerak-gerakan tari pada desain gerak spiral memunculkan kesan estetis untuk keseluruhan gerak yang sudah dihasilkan.
Bukan hanya gerak spiral pada tarian ini, tapi terdapat juga gerak-gerakan akrobatik yang bisa menambah kesan estetis dalam gerakan tari piring. Contohnya gerak manijak baro.

Ragam Gerak Tari Piring


gerakan tari piring
gamelan.org.nz


Ragam gerak tari piring ini dilaksanakan di atas tumpukan pecahan kaca, gerakan-gerakan tersebut iala sebagai berikut:

1. Gerak Pasambahan

Gerak yang dilakukan oleh penari pria ini memiliki makna untuk sembah syukur kepada Allah Subhanallah wa ta’ala dan juga permohonan maaf kepada para penonton yang menyaksikan tarian ini supaya terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa merusak atau membuat tidak berjalan dengan baiknya pertunjukan tari piring ini.

2. Gerak Singanjuo Lalai

Gerak ini dilakukan oleh seorang penari wanita yang memiliki arti suasana di hari pagi, dimainkan denga gerakan-gerakan yang lembut lemah gemulai.

3. Gerak Mencangkul

Gerakan ini menggambarkan para bapak tani disaat sedang menggarap sawahnya.

4. Gerak Menyiang

Gerakan ini mengekspresikan kegiatan para bapak  tani dikala membersihkan sampah-sampah yang mengganggu tanah disaat mau digarap.

5. Gerak Membuang Sampah

Gerakan ini memperlihatkan bagaimana para petani saat menyemai benih-benih padinya yang akan ditanam.

6. Gerak Memagar

Gerakan ini melambangkan para petani saat memberikan pagar untuk pematang sawah supaya bisa terhindar dari binatang liar yang akan merusak apa yang ditanamnya.

7. Gerak Menyemai

Gerakan ini memperlihatkan bagaimana para petani dalam menyemai benih padi yang hendak ditanamnya.

8. Gerak Mencabut Benih

Gerakan ini menggambarkan akan cara dalam mencabut benih yang sudah ditanam di sawah.

9. Gerak Bertanam

Gerakan ini melambangkan bagaimana kerja para petani dalam memindahkan benih yang sudah dicabut.

10. Gerak Melepas Lelah

Gerakan ini melambangkan akan cara para petani beristirahat untuk melepas lelah sesudah melakukan pekerjaannya dalam mengolah sawah.

11. Gerak Mengantar Juadah

Gerakan mengantar juadah ini merupakan pekerjaan dalam mengantar makanan kepada para petani yang sudah lelah dalam menggarap sawah.

12. Gerak Mengambil Padi

Gerakan ini dipertunjukkan oleh para penari wanita yang menggambarkan ketika mengambil padi yang sudah dipotong oleh para penari pria yang menggambarkan bapak petani.

13. Gerak Menyambit Padi

Gerakan ini dimainkan oleh para penari pria yang melambangkan bagaimana para petani yang sedang bekerja di sawah disaat menyambit padi.

14. Gerak Manggampo Padi

Gerakan yang dikerjakan dalam hal saat mengumpulkan padi dan dibawa untuk dipindahkan ke tempat yang lain.

15. Gerak Menganginkan Padi

Gerakan Ini menggambarkan padi yang sudah dikumpulkan guna dianginkan dan akan dipisahkan antar padi dan kulit padi yang sudah terkupas dari biji padinya.

16. Gerak Mengikir Padi

Gerakan yang melambangakan bagaimana pekerjaan para petani  dalam mengumpulkan padi dan juga menjemurnya.

17. Gerak Membawa Padi

Gerakan yang dikerjakan oleh para petani ketika membawa padi untuk dibawa ke tempat yang lain.

18. Gerak Menumbuk Padi

Gerakan ini dilakukan untuk menumbuk padi yang sudah dijemur kering dan dilakukan oleh para pria, sedangkan para wanita bagian mencurahkan padi.

19. Gotong Royong

Gerakan yang dikerjakan dengan cara bersama-sama merupakan lambang akan sifat gotong royong

20. Gerak Menampih Padi

Sebuah gerakan yang menggambarkan akan gerakan bagaimana kerja para petani saat menapih padi yang sudah menjadi beras

21. Gerak Menginjak Pecahan Kaca

Penggabungan dari berbagai macam gerakan dan diakhiri oleh para penari yang melakukan atraksi menginjak-injak pecahan kaca yang dilakukan dengan aktratif dan ditambahi dengan berbagai macam gerakan improvisasi penari.

Pencipta Tari Piring


pencipta tari piring
cagak.co

Tari Piring merupakan tarian yang sudah tidak asing lagi didengar oleh telinga kita. Mungkin beberapa orang sudah begitu akrab dengan jenis tarian ini, banyak yang belum tahu akan asal dan usul dan pencipta dari tarian piring ini. Tarian piring ini diciptakan oleh seniman Huriah Adam sebagai seniman terkenal dari Minangkabau.
Seniman ini sudah banyak menghasilkan atau menciptakan jenis-jenis dari gerakan tari yang indah dan juga terkenal sampai saat ini di bumi Minangkabau. Tentu saja beliau sangat berdedikasi dalam perkembangan demi tari tradisional di Indonesia. Tetapi sangat disayangkan, seniman sekaligus pencipta tari piring asli Minangkabau ini meninggal dalam keadaan jasad atau mayatnya yang tidak ditemukan, akibat kecelakaan pesawat.
Tentu dari tragedi ini  merupakan pukulan duka untuk Indonesia khususnya masyarakat Minangkabau karena telah kehilangan seorang seniman tari yang sangat berbakat.

Makna Tari Piring


makna tari piring
hipwee.com

Properti yang dipakai untuk pertunjukan tari piring ini ialah dua buah piring yang digenggam dengan dua telapak tangan dengan gerakan tari yang begitu cepat dengan gerakan berpola diayunkan ke depan dan belakang. Dua cincin dan dentingan piring adalah sebuah selingan bunyi pada saat jari penari diketukkan kebagian bawah piring.
Tari Piring ini memiliki makna nilai transendental yang tergambarkan pada saat pelaksanaan tata cara tari piring. Piring-piring itu disusun di atas yang mana menunjukkan simbol yang ditunjukkan ke arah tuhan, selain itu tari piring ini juga sebagai simbol rasa ucap syukur kepada tuhan.

Fungsi Tari Piring


fungsi tari piring
aldelya.wordpress.com

Tari piring sendiri memiliki cukup beragam tarian. Akan tetapi, pada umumnya tarian tari piring dari Minangkabau ini ditampilkan pada upacara adat, semisal pengangkatan penghulu, khitanan, upacara pesta pernikahan dan juga upacara setelah masyarakat selesai memanen semua padi sebagai hasil buminya. Hanya orang-orang yang mampu sajalah yang bisa melaksanakan acara ini atau orang yang berhasil panen besar dengan baik.
Upacara Tari Piring ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat terhadap Allah subhanallahu wa ta’ala yang telah menganugerahkan rahmat dan rizki sehingga panen saat itu melimpah. Ada pula yang mempercayai mitos orang zaman dahulu yaitu mereka akan mengucapkan rasa syukurnya kepada dewi padi yang disebutnya dengan “Sanig Sri”
Dalam perkembangannya, pagelaran tari piring tidak cuma dipertunjukkan pada upacara adat saja melainkan juga ditampilkan untuk membuat meriah hari-hari besar lainnya, semisal peringatan hari kemerdekaan Indonesia, festival, pameran, dan juga di pertunjukkan untuk menyambut tamu-tamu agung.

Kostum tari Piring


kostum tari piring
smp.budimuliadua.com

Busana yang dipakai oleh para penari piring terbagi menjadi dua bagian yaitu busana untuk pria dan busana untuk para penari wanita.

1. Busana Penari Pria

  • Baju gunting China atau busana rang mudo yang memiliki lengan lebar dan diberikan hiasan dengan hiasan missia (rende emas)
  • Saran galembong, celana dengan ukuran besar yang di bagian terngahnya (pisak) memiliki warna yang sama dengan warna baju.
  • Sisamping dan cawek pinggang, yaitu seperti kain songket yang dililitkan pada pinggang dengan memiliki panjang sepanjang lutut. Adapun cawek pinggang merupakan ikat pinggang yang dibuat dari bahan yang sema juga dengan bahan sesamping yang pada bagian ujungnya dikasih hiasan seperti rumbai-rumbai.
  • Destar atau deta ialah penutup kepala yang dibuat dari bahan dasar kain songket dengan bentuk segitiga yang diikatkan pada kepala.

2. Busana Penari Wanita

  • Baju kurung yang terbuat dari kain satin dan beludru
  • kain songket
  • Selendang songket yang digunakan untuk hiasan yang dipakai pada bagian kiri badan.
  • Tikuluak tanduk balapak, yakni penutup kepala khusus wanita Minangkabau yang terbuat dari bahan songket yang bentuknya menyerupai tanduk kerbau
  • Aksesoris seperti kalung rambai dan juga kalung gadang serta subang atau anting
sumber : https://informazone.com/tari-piring/